Radiasi Benda Hitam - Fenomena radiasi benda hitam
memperoleh namanya melalui cara yang secara menarik terbalik. Dalam fisika
klasik, benda hitam adalah benda yang menyerap semua radiasi elektromagnetik
yang jatuh padanya. Akan tetapi, hukum-hukum yang dipatuhi dalam fisika klasik
tidak dapat menjelaskan kelakuan alami cahaya yang dipancarkan oleh benda hitam
yang panas. Pada awalnya, hal ini tampak hanya sebagai masalah kecil yang kelak
diharapkan dapat dipecahkan, tetapi semakin dalam para fisikawan meneliti,
justru permasalahannya tampak semakin besar.
Untuk memahami hal ini, mari kita bayangkan sebuah
benda berongga yang memiliki sebuah lubang kecil (lihat Gambar di bawah ini).
Gambar 1. Rongga dengan Satu Celah Kecil |
Sembarang
radiasi yang masuk ke lubang kecil ini akan dipantulkan dan diserap
berkali-kali oleh dinding rongga dan tidak ada atau sangat sedikit radiasi yang
keluar dari lubang kecil itu. Jadi seluruh radiasi yang masuk ke lubang kecil
itu diserap seperti halnya benda hitam. Banyak benda hitam di dalam eksperimen
dibuat seperti ini.
Rongga Dipanaskan
Sekarang bayangkan benda tersebut
dipanaskan sampai berkilauan, awalnya berwarna merah menyala, kemudian menjadi biru
menyala. Sebagian dari radiasi di dalam rongga dapat keluar dari rongga melalui
lubang kecil dan memancarkan radiasi termal. Karena lubang memiliki sifat benda
hitam, maka spektrum yang dikeluarkan melalui lubang merupakan spektrum radiasi
benda hitam atau disebut juga radiasi rongga. Warna cahaya yang dipancarkan
terkait dengan panjang gelombangnya, ini berarti bahwa intensitas radiasi yang
dipancarkan setiap panjang gelombang tergantung pada temperatur bendanya. Sehingga
spektrum radiasi rongga ini merupakan karakteristik spektrum untuk benda dengan
suhu tertentu.
Radiasi di dalam
sebuah rongga dengan dinding pada temperatur T mempunyai
karateristik yang sama dengan radiasi yang dipancarkan oleh sebuah permukaan
benda hitam. Fenomena tersebut ternyata dapat
teramati dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa sebuah obyek seperti
radiator pemanas dapat meradiasikan inframerah tanpa terlihat menyala dan bahwa
sepotong besi panas yang merah menyala lebih dingin daripada sepotong besi
panas yang putih menyala. Banyak benda yang meradiasikan cahaya berkelakuan
hampir sama seperti benda hitam, termasuk matahari. Dengan asumsi bahwa
matahari adalah benda hitam yang memancarkan radiasi, maka akan dapat diketahui
berapa temperatur dari permukaan matahari, yaitu dengan mengamati warna cahaya
matahari yang dipancarkan. Hal ini tentu jauh lebih mudah dibandingkan dengan
melakukan pengukuran langsung karena temperatur permukaan matahari sangatlah
panas (sekitar 6000 K).
Sekitar tahun 1890-an, eksperimen
telah menunjukkan secara pasti bagaimana radiasi benda hitam terkait dengan
temperaturnya. Ketika spektrum elektromagnet dari radiasi ini diplot sebagai
grafik, tampak adanya puncak yang halus, seperti sebuah bukit. Pada temperatur
yang sama, puncaknya selalu berada pada spektrum panjang gelombang yang sama.
Tetapi ketika benda menjadi bertambah panas, puncaknya bergerak ke arah panjang
gelombang yang lebih pendek yaitu dari inframerah, menuju merah, oranye, biru,
dan seterusnya (lihat gambar di bawah ini). Hal ini merupakan suatu teka-teki sulit yang
tidak dapat dijelaskan dengan fisika klasik.
Apabila gelombang
elektromagnetik diperlakukan secara sama (dalam konteks matematis) seperti
gelombang di laut atau seperti pada dawai biola, maka apabila energi panas
diberikan padanya, menurut fisika klasik intensitas radiasi yang dihasilkan
sebanding dengan frekuensi dari radiasi. Sehingga semakin tinggi frekuensi
(yang berarti semakin pendek panjang gelombangnya), semakin besar radiasinya
pada temperatur berapapun. Sebagian besar energi yang dipancarkan seharusnya
berada di daerah ultraungu dan seharusnya tidak ada bukit dalam grafik
tersebut. Namun kenyataannya tidaklah seperti itu. Kegagalan prediksi ini
dikenal sebagai ‘bencana ultraungu’ yang menandai awal berakhirnya fisika
klasik yang sebelumnya dianggap sebagai konsep lengkap penjelas bagi dunia fisis.
Dihadapkan pada
fenomena yang tak terjelaskan ini, pada tahun 1900 seorang fisikawan Jerman
yang bernama Max Planck (1858-1947), berusaha dengan keras memecahkan teka-teki
benda hitam dengan mengasumsikan bahwa cahaya dapat dibagi menjadi paket-paket
kecil yang dinamakan ‘kuanta’ dan tidak berkelakuan sebagai suatu gelombang
kontinyu yang halus. Dalam rangka melaksanakan hal ini, dia menetapkan suatu
energi (E) kepada setiap kuantum yang terkait dengan frekuensinya (f).
Interpretasi ini dapat berhasil asalkan E = hf, dengan h adalah
suatu konstanta matematis baru dalam alam, dan sekarang dikenal sebagai
konstanta Planck untuk menghormati namanya. Teorinya berfungsi sebagai berikut,
"Dalam sembarang
benda, energi benda terdistribusi di antara atom-atomnya. Sebagian memiliki
sedikit energi sebagian lainnya memiliki banyak energi, dan kebanyakan memiliki
sejumlah energi pertengahan. Tetapi apa yang dimaksud dengan “pertengahan”
berubah dengan meningkatnya temperatur. Setiap atom dapat memancarkan radiasi
elektromagnetik dalam bentuk kuanta. Untuk frekuensi yang tinggi, energi yang
dibutuhkan untuk memancarkan sebuah kuantum amatlah besar, dan hanya beberapa
atom yang memiliki energi sebesar itu. Pada frekuensi rendah, lebih mudah untuk
memancarkan kuanta karena energi yang diperlukan lebih sedikit. Tetapi setiap
kuantumnya memiliki energi yang sangat kecil, bahkan jumlah energi semua kuanta
ini tidak memberikan banyak kontribusi pada spektrum. Akan tetapi, di
pertengahan terdapat banyak atom yang menghasilkan bukit pada kurva radiasi
benda hitam. Segala sesuatunya ternyata sesuai dengan eksperimen, untuk suatu
nilai h tertentu."
Berdasarkan penjelasan tersebut,
terlihat bahwa Planck tidak memikirkan kuanta seperti partikel kecil, atau
peluru yang dilepaskan atom. Dia hanya berpikir bahwa pasti ada suatu mekanisme
internal dari atom-atom yang hanya membolehkan mereka memancarkan pulsa cahaya,
tetapi cahaya yang dipancarkan masih tetap sebuah gelombang. Ini seperti
bekerjanya mesin ATM. Mesin yang hanya memberikan uang dalam pecahan 50.000
rupiah, walaupun jumlah uang lainnya seperti 75.000 rupiah juga ada.
0 komentar:
Posting Komentar